Profil Desa Jangkrikan
Ketahui informasi secara rinci Desa Jangkrikan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Jangkrikan di Kepil, Wonosobo, dikenal sebagai gerbang pendakian Gunung Kembang via Blembem. Desa di lereng gunung ini merupakan produsen kopi robusta unggulan "Kopi Jangkrik" dan pusat ekowisata yang dikelola oleh pemuda GASTRA secara mandiri.
-
Pintu Gerbang Utama Gunung Kembang
Desa Jangkrikan merupakan lokasi Basecamp Blembem, jalur pendakian resmi Gunung Kembang yang terkenal dan dikelola secara profesional oleh organisasi pemuda lokal (GASTRA).
-
Sentra Kopi Robusta Berkualitas
Berada di ketinggian yang ideal, desa ini menjadi penghasil kopi robusta unggulan yang kini dikembangkan dengan jenama "Kopi Jangkrik" untuk meningkatkan nilai jual dan kesejahteraan petani.
-
Model Ekowisata Berbasis Pemuda
Pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Jangkrikan, terutama pengelolaan basecamp pendakian, digerakkan secara aktif oleh para pemuda desa, menunjukkan kemandirian dan inovasi komunitas.
Tersembunyi di lereng gagah Gunung Kembang, Desa Jangkrikan, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo, telah memantapkan dirinya sebagai destinasi vital bagi para penggiat alam dan penikmat kopi. Jauh dari citra desa agraris biasa, Jangkrikan merupakan denyut nadi bagi aktivitas pendakian gunung melalui Basecamp Blembem yang melegenda, sekaligus menjadi rumah bagi biji kopi robusta berkualitas tinggi. Digerakkan oleh semangat inovatif para pemudanya, desa ini berhasil mengubah tantangan geografis dataran tinggi menjadi peluang ekonomi yang menjanjikan, menjadikannya potret ideal sinergi antara pariwisata petualangan dan agribisnis.
Geografi dan Demografi di Ketinggian
Desa Jangkrikan secara geografis terletak di kawasan dataran tinggi Wonosobo, menempati posisi strategis di lereng Gunung Kembang. Kondisi topografi ini menganugerahkan desa lanskap yang subur dengan udara yang sejuk, menjadikannya lingkungan yang sangat mendukung untuk pertanian, khususnya tanaman kopi dan sayuran dataran tinggi. Wilayahnya didominasi oleh perbukitan, lembah, dan lahan pertanian yang dikelola secara terasering oleh masyarakat.Secara administratif, Desa Jangkrikan merupakan salah satu dari 21 desa dan kelurahan di Kecamatan Kepil. Letaknya yang berada di kaki gunung menjadikannya sebagai salah satu desa tertinggi di wilayah kecamatan tersebut. Batas-batas wilayahnya bersinggungan langsung dengan kawasan hutan serta desa-desa tetangga di sekitarnya, yang bersama-sama membentuk ekosistem sosial dan ekonomi yang saling bergantung. Batas wilayah Desa Jangkrikan meliputi:
Berbatasan dengan Desa Gondowulan
Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Sapuran
Berbatasan dengan Desa Rejosari
Berbatasan dengan Desa Gadingrejo
Meskipun data statistik kependudukan yang terperinci sulit diakses secara publik, struktur populasi Desa Jangkrikan terdiri dari masyarakat yang mayoritas menggantungkan hidupnya pada sektor agrikultur. Komunitasnya tersebar di beberapa dusun atau pedukuhan, dengan Dusun Blembem menjadi yang paling dikenal luas karena perannya sebagai pusat kegiatan pendakian. Kepadatan penduduk yang tidak terlalu tinggi selaras dengan bentang alam yang luas, menciptakan ruang hidup yang harmonis antara manusia dan alam.
Gerbang Legendaris Menuju Puncak Gunung Kembang
Popularitas Desa Jangkrikan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Basecamp Pendakian Gunung Kembang via Blembem. Gunung Kembang (2.340 mdpl), yang merupakan "anak" dari Gunung Sindoro, menawarkan jalur pendakian yang menantang dan eksotis, dan Jangkrikan menjadi pintu masuk utamanya. Jalur pendakian via Blembem dikenal memiliki reputasi sebagai trek yang terawat baik namun menuntut stamina, sering dijuluki "Miniatur Semeru" karena keragaman medannya, mulai dari ladang sayuran, hutan lebat, hingga sabana yang indah.Pengelolaan basecamp ini sepenuhnya berada di tangan organisasi pemuda desa yang bernama GASTRA (Gabungan Anak Suka Tani Lestari Alam). Didirikan oleh para pemuda Dusun Blembem, GASTRA menjadi contoh sukses pengelolaan pariwisata berbasis komunitas. Mereka bertanggung jawab atas seluruh operasional basecamp, mulai dari registrasi pendaki, penyediaan informasi jalur, panduan keselamatan, hingga pengelolaan fasilitas seperti tempat istirahat, toilet, dan warung.Keberadaan basecamp ini memberikan efek domino ekonomi yang signifikan bagi warga lokal. Masyarakat sekitar berkesempatan membuka usaha warung makan, penyewaan alat pendakian, jasa ojek, hingga menjadi pemandu (porter). Setiap pendaki yang datang tidak hanya membawa ransel, tetapi juga membawa perputaran ekonomi yang membantu meningkatkan pendapatan penduduk desa. Profesionalisme dan keramahan pengelola dari GASTRA membuat basecamp ini menjadi salah satu yang terbaik dan paling direkomendasikan di kalangan komunitas pendaki gunung di Indonesia.
Kopi Jangkrik: Aroma Khas dari Lereng Gunung
Selain pariwisata, pilar ekonomi utama Desa Jangkrikan ialah pertanian, dengan kopi sebagai komoditas andalannya. Ketinggian wilayah dan kondisi tanah di Jangkrikan sangat ideal untuk budidaya kopi, terutama jenis robusta. Selama bertahun-tahun, petani kopi di desa ini menjual hasil panen mereka dalam bentuk biji mentah (green bean) ke tengkulak, sehingga nilai tambahnya tidak optimal.Menyadari potensi ini, sebuah inisiatif pengembangan produk lokal pun lahir. Melalui kolaborasi antara masyarakat dengan mahasiswa yang melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN), dikembangkanlah jenama kopi lokal yang diberi nama "Kopi Jangkrik". Tujuannya ialah untuk meningkatkan nilai jual kopi dengan mengolahnya menjadi produk jadi, seperti kopi bubuk dan biji sangrai (roast bean) yang siap seduh.Proses pengembangan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pelatihan teknik pengolahan pascapanen yang benar, proses penyangraian (roasting) yang konsisten, hingga desain kemasan yang modern dan menarik. Dengan kemasan yang lebih baik dan merek yang jelas, "Kopi Jangkrik" mulai diperkenalkan kepada pasar yang lebih luas, terutama kepada para pendaki yang singgah di Basecamp Blembem. Kopi ini menjadi oleh-oleh khas yang membawa aroma dan cita rasa Desa Jangkrikan ke berbagai penjuru. Upaya ini merupakan langkah strategis untuk menjadikan kopi tidak hanya sebagai komoditas, tetapi juga sebagai identitas dan sumber kebanggaan desa.
Potensi Alam dan Pertanian Lainnya
Pesona Desa Jangkrikan tidak hanya terbatas pada basecamp pendakian dan kebun kopinya. Wilayah desa ini masih menyimpan berbagai potensi alam yang dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai daya tarik wisata pendukung. Salah satunya ialah keberadaan air terjun atau curug. Curug Sikarim, sebuah air terjun yang cukup dikenal di Wonosobo, berlokasi tidak jauh dari wilayah Desa Jangkrikan, menawarkan potensi sebagai destinasi wisata alam alternatif bagi pengunjung.Di luar kopi, sektor pertanian desa juga didukung oleh komoditas lain yang tidak kalah penting. Lahan-lahan subur di lereng gunung dimanfaatkan warga untuk menanam aneka sayuran seperti kubis, wortel, dan kentang. Pada musim tertentu, tanaman tembakau juga menjadi pilihan utama para petani karena nilai ekonominya yang tinggi. Keberagaman produk pertanian ini menunjukkan ketangguhan sistem agraris desa dalam menopang kehidupan masyarakatnya. Pola pertanian tumpangsari juga jamak diterapkan untuk menjaga kesuburan tanah dan diversifikasi pendapatan petani.
Pemerintahan Desa dan Pembangunan Berbasis Komunitas
Pemerintah Desa Jangkrikan memegang peran penting sebagai fasilitator dan pendukung berbagai inisiatif yang muncul dari masyarakat. Dukungan terhadap eksistensi GASTRA dalam mengelola Basecamp Gunung Kembang menjadi salah satu bukti nyata bagaimana pemerintah desa dapat berkolaborasi dengan pemuda untuk menciptakan peluang ekonomi dan mempromosikan nama desa. Alokasi Dana Desa dan sumber pendanaan lainnya diarahkan untuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti perbaikan akses jalan menuju basecamp dan sentra-sentra pertanian.Kekuatan utama pembangunan di Jangkrikan terletak pada modal sosialnya yang kuat. Semangat gotong royong dan partisipasi aktif dari komunitas, khususnya para pemuda, menjadi mesin penggerak utama kemajuan desa. Keberhasilan dalam mengelola pariwisata pendakian dan merintis produk kopi lokal menunjukkan bahwa masyarakat Jangkrikan memiliki visi dan kemampuan untuk mengelola sumber daya mereka secara mandiri dan berkelanjutan. Ke depan, tantangan yang dihadapi ialah bagaimana menyeimbangkan pengembangan pariwisata massal dengan konservasi lingkungan agar keindahan alam di lereng Gunung Kembang tetap lestari untuk generasi mendatang.
